Pariangan, Desa Terindah di Dunia Dari Ranah Minang

Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Hamparan sawah bertingkat-tingkat yang memanjakan mata menjadi pemadandangan menarik sepanjang perjalanan menuju Pariangan, salah satu Desa atau yang biasa dikenal dengan nama Nagari di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pariangan merupakan Nagari tertua di Minangkabau. Hingga saat ini, suasana alam khas minang masih kentara di daerah tersebut.

Pariangan terletak di kaki Gunung Marapi. 2012 lalu, Nagari itu dinobatkan sebagai Desa Terindah versi Budget Travel, salah satu majalah wisata asal Amerika Serikat.

Mengunjungi Nagari Pariangan akan memakan waktu 2,5 jam dari Kota Padang atau berjarak 95,6 kilometer. Nagari tersebut memiliki luas wilayah 19,97 km persegi dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut.

Berkunjung ke Pariangan, wisatawan tidak akan kesulitan mencari lokasinya. 15 kilometer dari Batusangkar, kita akan melihat gerbang bagonjong khas Minangkabau yang bertuliskan selamat datang di Nagari Tuo Pariangan. Nagari tersebut terdiri dari empat Jorong atau yang dikenal Lurah, yaitu Jorong Pariangan, Padang Panjang, Sikaladi dan Jorong Guguak.

Jika ingin mengunjungi daerah tersebut, kita dapat menggunakan kendaraan pribadi dan bisa juga naik travel atau bus jurusan Padang-Batusangkar yang dikenakan biaya Rp25.000,- per orang. Sesampai di pintu gerbang Nagari Pariangan, wisatawan dapat menyewa ojek yang mangkal di sana untuk menuju ke lokasi atau jalan-jalan keliling Nagari tersebut.

Selain dinobatkan sebagai salah satu Desa Terindah di Dunia, Nagari Pariangan juga memiliki sejumlah situs bersejarah, peninggalan pada masa kerajaan Aditiyawarman di Minangkabau, salah satunya batu yang sudah berumur ratusan tahun dengan lebar 2,6 meter dan tinggi 1,6 meter yang ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di sana.

Kindahan alam dengan hamparan sawah bertingkat serta deretan rumah gadang yang sudah berumur ratusan tahun membawa kita kedalam suasana Minang lama. Selain itu, Nagari Pariangan memiliki banyak lembah, sehingga dibeberapa lokasi kita akan mendapatkan pemandangan yang indah dengan deretan rumah warga tersusun rapi dilereng-lereng lembah tersebut dan juga beberapa jenjang yang dibangun kebebera penjuru di Nagari itu.

Cerita masyarakat sekitar, Rumah Gadang yang ada di Pariangan merupakan warisan dari nenek moyang mereka, sudah memiliki sejarah yang panjang dan sejumlah keturunan yang menghuninya. Data dari pemerintah Nagari Pariangan, Rumah Gadang di daerah itu berjumlah 35 unit, tujuh diantaranya rusak berat, 10 rusak ringan dan selebihnya masih layak digunakan.

Memulai perjalanan di Nagari Pariangan, biasanya wisatawan pertama kali akan mengunjungi sebuah masjid tua di daerah itu. Masjid dengan tiga buah kubah berbentuk limas berdiri di sebuah lembah, namanya Masjid Tuo Ishlah. Menuju lokasi masjid, tinggal lurus saja dari gerbang Nagari Pariangan, sekitar 50 meter, kita kan melihat plank petunjuk arah sebelah kiri jalan yang bertuliskan Desa Terindah di Dunia.

Kawasan masjid tersebut terdapat prasisti peninggalan Aditiyawarman, dikenal oleh masayarakat setempat dengan nama Tungku Tigo Sajarangan. Penamaannya berdasarkan letak tiga buah prasasti dengan bentuk segi tiga yang memiliki jarak 50 meter satu sama lainnya. Namun, dari ketiga prasasti itu, hanya satu prasasti yang dipagar dan memiliki plank merek Cagar Budaya.

Cerita seorang tetua di daerah yang juga merupakan tohoh adat di daerah itu, Zamaluddin Datuak Mangkuto (83), batu yang di pagar tersebut memiliki tulisan yang ditulis langsung oleh raja Pagaruyuang, Adityawarman. Saat ini, dikenal masayarakat dengan nama Batu Basurek.

Zamaluddin mengatakan, tulisan yang ada di batu itu hingga saat ini belum ada orang yang dapat menerjemahkannya. “Belum ada yang berhasil menerjemahkan tulisan dibatu itu, jumlah baris tulisan itu ada 12, namun yang jelas tulisannya hanya enam baris, selebihnya sudah memudar,” ujarnya.

Memudarnya tulisan tersebut diperkirakan karena tertutup debu dan kurang perawatan, kata Zamaluddin.



Pemandian Air Panas

Selain memiliki keidahan alam serta cagar budaya, Nagari Pariangan juga memiliki pemandian air panas, sangat sayang untuk dilewatkan jika berkunjung ke Desa Terindah di Dunia itu.

Pemandian air panas masih masuk dalam kawasan masjid Ishlah. Temat pemandiannya juga tergolong unik, selain adanya air panas, di sana juga tersedia pemandian air dingin, yang terdiri dari empat tempat pemandian yang diberi nama Rangek Barang, Rangek Tujuah Pincuran, Rangek Gaduang, dan Rangek Songo.

Keterangan warag sekitar, Amrin Narin (55) mengatakan, dari empat pemandian air panas yang ada, terdiri dari 3 pemandian umum untuk kaum laki-laki dan satu pemandian untuk kaum perempuan.

“Pemandian Rangek Barang itu khusus untuk kaum perempuan, letaknya di seberang jembatan Masjid Tuo Ishlah. Dan pemandian Rangek Tujuah Pincuran difungsikan sebagai tempat ambil wudhu yang terdiri dari tujuh Picuran (Tempat keluar air/Pancuran-red) air panas dan air dingin,” ujar Amrin.

Selain itu, dua tempat pemandian lain digunakan untuk pemandian kaum laki-laki. “Rangek Sango dan Rangek Gaduang itu digunakan sebagai tempat pemandian kaum laki-laki. Tempat pemandian itu di Minangkabau merupakan indentias sosial dalam bermasayarakat, temapat pemandian tersebut digunakan untuk umum,” ungkap Amrin.

Pemandian Rangek Sango itu berbentuk kolam kecil dengan kedalaman 50 centimeter. “Kalau di Rangek Sango airnya lebih panas dari pemandaian lain. Namun, disampingnya juga ada tersedia Pincuran air dingin,” jelasnya.

Kalau kita ibaratkan, ini sudah seperti di hotel-hotel, tempat mandinya ada air panas dan ada air dingin juga, gurau Amrin. (*)

Posting Komentar

0 Komentar