Keindahan Malam di Mantan Ibu Kota Indonesia

Bendi dan para kusirnya menunggu penumpang di pinggir pelataran Jam Gadang
Sebahagian orang, malam memiliki keindahan tersendiri. Ada kenangan yang mungkin tak akan lekang. Menikmati kemerlap cahaya atau hanya bernostalgia bersama kesunyian. Banyak hal yang dapat kita gambarkan pada malam, tentu saja masing-masing orang punya cara sendiri menikmatinya.

Jam Gadang, Kota Bukittinggi, ikon yang dimiliki salah satu mantan ibu kota Indonesia, dari sini kita memulai cerita.

Lalu lalang pengunjung semakin ramai, rintik hujan tak dihiraukan, meski hanya gerimis, tetesannya cukup membasahi kepala. Pedagang kaki lima sibuk menjajakan dagangannya, para pengunjung asyik berselfi ria, meski beberapa orang photographer siap mengabadikan momen kebersamaan untuk mereka, namun ponsel ternyata lebih berharga dari kamera mahal mereka.

Sebuah potret modernisasi, namun alunan dangdut dadakan masih banyak yang mengidolakan. Sekelompok orang dewasa, asyik bernyanyi bersama peralatan musik dangdut dadakan, mereka bergembira, bernostalgia masa-masa muda.

Mungkin, lagu ini cukup mewakili kegembiraan yang mereka rasakan, Rhoma Irama - Malam Minggu 

Pengunjung menikmati suasana pelataran Jam Gadang
Kembali dengan cerita malam di Jam Gadang, pelatarannya cukup luas, memiliki taman dan tempat duduk untuk bersantai sambil menikmati silih berganti warna lampu Jam Gadang yang dirancang baru-baru ini. Atau, memandang ke arah Gunung Marapi, melihat kelap kelip lampu rumah warga dilerengnya.

Tidak hanya itu, bagian tepi juga ada Bendi, siap mengantarkan wisatawan jika ingin berkeliling kota Bukittinggi malam hari, tarifnya tidak terlalu mahal, nego saja dengan kusirnya.

Keindahan mantan ibu kota Indonesia itu masih banyak lagi, datanglah siang hari, Ngarai Sianok, Lobang Japang atau Rumah Kelahiran Bung Hatta dapat anda nikamati. Malam ini, cukup patung Bung Hatta, lokasinya ada di seberang jalan jam gadang, bersebelahan dengan patung Pahlawan Tak Dikenal.


Jam Gadang, Bukittinggi
Tempat itu tak ramai dikunjungi, entah persoalan apa, namun pencahayaannya cukup memadai. Mungkin saja, Bung Hatta sedang dimusuhi bangsa sendiri.

Patung Bung Hatta yang mengenakan peci dan mengangkat tangan kanannya itu berdiri kokoh, lampu yang berada tepat dihadapannya disorot ke arah Patung Bung Hatta. Lokasi tempat didirikan patung Bung Hatta itu cukup bagus, rindang pepohonan masih terbentang.

Beberapa anak tangga juga dibangun sebagai pelepas penat bagi pengunjung, bisa duduk ataupun berselfi ria dengan tulisan monumen Bung Hatta atau duduk bersila di pelataran seluas 8x4 meter yang ada di hadapan patung Bung Hatta itu.

Kalau ingin melihat Patung Bung Hatta dari kejauahan, bisa datang ke pelataran Patung Pahlawan Tak Dikenal, sudah disediakan tempat duduk yang nyaman dan tong sampah, agar sampah tak berserakan.
Patung Bung Hatta

Jika ingin melihat keindahan kawasan Jam Gadang dan memupuk rindu ingin selalu berkunjung ke tempat itu, datanglah malam hari. Setiap malam minggu, kesenian dari Ranah Minang juga akan disuguhkan di pelataran Jam Gadang.


Catatan:

Jam Gadang: Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Selain sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik di hari kerja maupun di hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.

Tugu Pahlawan Tak Dikenal: Sebuah monumen peringatan berupa tugu yang terletak di seberang Taman Monumen Bung Hatta atau beberapa meter dari Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Monumen ini dirancang oleh seniman Huriah Adam. Tugunya berbentuk ornamen lingkaran ular naga yang dibangun di tengah sebuah bidang bundar yang dihiasi tanaman. Di puncaknya berdiri patung pemuda memegang semacam pedang. Sebelum tersambar petir, patung ini aslinya digambarkan tengah memegang bendera.

Patung Bung Hatta: Ia berdiri tegap. Tangan kanannya tampak melambai. Dengan lengan sejajar bahu, dan telapak di depan kepala, sedikit ke atas. Ekspresi wajahnya lurus, tanpa senyum. Peci dan kacamata menjadi aksesori yang melekat. Ia dikenal sebagai Mohammad Hatta. Satu di antara dua Proklamator Kemerdekaan Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar